

JEJAK KASUS
Produser: Firdaus Masrun
On Air : Indosiar, Kamis, 8 September 2005 Pukul 12:00 WIB
Produser: Firdaus Masrun
On Air : Indosiar, Kamis, 8 September 2005 Pukul 12:00 WIB
Riyanti adalah seorang gadis lincah dan periang, yang bersekolah di
Sekolah SMEA di Kecamatan Blitar, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di lingkungan sekolahnya, waktu duduk di kelas dua, Riyanti sangat rajin
mengerjakan mengerjakan tugas-tugas sekolah dan terbilang melakukan
kegiatan di sekolah.
Sebagaimana pelajar lainnya yang berasal dari desanya, Yanti setiap hari harus berjalan 3 KM ke sekolahnya, sebelum tiba di jalan raya untuk menumpang angkutan umum, namun sebelum memasuki semestter kedua Yanti sudah berubah.
Yanti yang dulu periang, kini lebih memilih banyak diam walaupun tetap datang ke sekolahnya. Keluarga dan temannya tak bisa mendapat jawaban yang pasti, tentang perubahan pada Yanti. Dirumah, Riyanti lebih sering melamun dan kondisi kesehatannya terus menurun.
Awalnya Ngatini, ibunya, tidak begitu mengkhawatirkan kondisi Riyanti karena kira sakit biasa. Namun ketika kondisi fisiknya Riyanti mulai menunjukkan perubahan yang mencolok, Ngatini mulai menanyakan ada apa sebenarnya dengan kondisi Yanti. Kecemasan Ngatini terhadap Riyanti, sebelumnya juga pernah diceritakan kepada suaminya, Sunardi. Tetapi karena suaminya sibuk dengan pekerjaannya, kurang memperhatikan kondisi Riyanti.
Sunardi sendiri sudah bertahun-tahun bekerja disebuah perusahaan persewaan tenda di Jakarta. Sunardi hanya pulang kekampung sekali dalam dua bulan. Itupun paling lama hanya seminggu dan langsung kembali lagi ke Jakarta. Karena cemas dengan kondisi kesehatan Riyanti, akhirnya Ngatini memaksa Riyanti untuk memeriksakan diri di puskesmas. Dari hasil pemeriksaan puskesmas ini, barulah diketahui bahwa Riyanti sudah hamil 6 bulan.
Rasa penasaran ibunya dan warga atas kehamilan Riyanti, tidak segera mendapatkan jawaban. Riyanti masih belum mau menceritakan siapa lelaki yang telah menghamili dirinya. Riyanti hanya diam dan terus mengurung diri dirumahnya. Akibatnya, keluarga Riyanti mulai dikucilkan. Walaupun Ngatini, ibunya, masih bisa melakukan aktifitas seperti biasa.
Pertahanan Riyanti untuk menutup-nutupi lelaki yang menghamilinya akhirnya runtuh oleh desakan ibunya dan masyarakat. Riyanti menunjuk Parto, Pakliknya atau adik iparnya, yang telah menghamili dirinya. Ditunjuk hidung oleh Riyanti, Parto pun tak bisa mengelak, karena Parto tak bisa membuktikan bahwa bukan ia pelakunya.
Namun Parto tidak mau mengawini Riyanti. Parto hanya bersedia mengangkat anak yang akan dilahirkan oleh Riyanti, sekaligus menanggung semua biaya persalinan jika Riyanti kelak melahirkan. Bagi warga, kesediaan Parto menanggung biaya dan mengangkat anak yang akan dilahirkan, untuk sementara sudah memberikan solusi yang dianggap tepat. Mereka tidak lagi mempermasalahkan kehamilan Riyanti.
Sekitar pertengahan tahun 2002 lalu, Riyanti pun melahirkan seorang anak perempuan dalam keadaan sehat. Bayi mungil itupun diberi nama Hesti. Sementara Parto seperti janjinya semula, langsung menanggung semua biaya perawatan dan berjanji akan membiayai seluruh biaya hingga anak ini sekolah. Namun keinginan Parto untuk langsung mengadopsi Hesti, ditolak oleh Sunardi.
Oleh Sunardi, anak Riyanti dianggap sebagai anaknya sendiri. Dalam kartu keluarga, nama Hesti tercantum sebagai anak bungsu pasangan Sunardi dan Ngatini. Karena Hesti tidak jadi diadopsi oleh Parto, maka Riyanti harus membesarkan anaknya sendirian.Dalam perkembangannya, bayi montok ini mulai pandai bicara dan memanggil Riyanti dengan panggilan mbak. Sementara kepada Sunardi dan Ngatini, ia memanggil bapak dan emak.
Awal Agustus lalu, para tetangga Sunardi, di kampung Lemak, Katongan Mlipar, Gunung Kidul, kembali melihat kelainan ditubuh Riyanti. Mereka pun kembali mengunjingkan kondisi Riyanti. Riyanti pun didesak memeriksakan diri ke puskesmas. Selain itu, aparat desa kembali mendatangi rumah Sunardi untuk menyampaikan hasil pemeriksaan di puskesmas. Sunardi sendiri, saat itu kebetulan ada dirumah.
Dihadapan keluarga Sunardi, kepala dukuh menyampaikan hasil pemeriksaan di puskesmas yang menyebutkan bahwa Riyanti telah hamil lagi. Dan untuk kedua kalinya, setelah tiga tahun, mereka menanyakan siapa pria yang telah menghamilinya. Sunardi sendiri dihadapan aparat desa, langsung menyebutkan bahwa Parto telah menghamili anaknya untuk kedua kalinya. Namun aparat desa tidak lagi langsung mempercayai nama yang disebutkan Sunardi. Hampir setengah jam lamanya, Ketua RT dan Kepala Dukuh, dibantu Ngatini, ibunya, terus mendesak Riyanti agar menyebutkan siapa pria yang telah menghamilinya tersebut.
Ketika Riyanti menyebutkan bahwa bapaknyalah yang telah menghamili dirinya, tak ada diantara yang hadir percaya dengan ucapan Yanti. Ngatini langsung berteriak histeris menghadapi kenyataan tersebut. Sunardi tidak bisa mengelak, karena yang menyebutkan adalah Riyanti sendiri. Dihadapan aparat desa, ketika didesak orang yang menghamili Riyanti pertama dulu, Sunardi tak berkutik untuk mengelak dari tuduhan tersebut. Sunardi mengakui semua perbuatannya telah menggauli Yanti. Bahkan ketika pertama kali melakukan, saat Riyanti masih dalam usia sekolah.
Dalam pemeriksaan di Polres Gunung Kidul, Sunardi mengaku pertama kali melakukannya didapur, ketika istrinya sedang berada dirumah tetangga ikut arisan. Sementara untuk kedua kalinya dilakukan didalam kamar, ketika istrinya sedang berada diladang. Dalam dua kehamilan Riyanti, Sunardi sang bapak kandung mengaku hanya menggauli Riyanti sebanyak 4 kali. Riyanti tidak berani melapor karena telah diancam sebelumnya oleh Sunardi.
Selain digauli, Riyanti mengaku sering diperlakukan kasar oleh ayahnya, yang dikenal temperamental. Atas perbuatannya terhadap Riyanti, kini Sunardi menjalani pemeriksaan di Polres Gunung Kidul. Sementara itu hidup Ngatini makin bertambah berat. Dia harus membanting tulang untuk menghidupi 4 anak dan satu cucu. Riyanti sendiri masa depannya makin bertambah gelap. Selain sudah punya anak, sebentar lagi akan melahirkan bayi akibat perbuatan ayahnya. Riyanti hanya berharap ada lelaki yang berbaik hati, mau menjadi sandaran hidupnya dengan menerima keadaan apa adanya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar